Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Momen


"Bukannya momen ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh dirimu?" tanya teman saya yang berada di samping.

Saya tak mampu untuk melemparkan jawaban sedikit pun! Entah, karena apa? Namun, batin saya mendadak serasa meledak dan hancur berantakan.

Momen yang dulu pernah saya dambakan ini, akhirnya hancur oleh waktu! Cinta yang pernah saya rasakan ini, akhirnya hilang oleh kekecewaan! Dada saya masih naik turun, sedangkan telinga sudah terasa panas yang akhirnya harus senantiasa merasakan kekecewaan di dalam dada ini. Saya tak bisa memaafkan, apalagi untuk sekadar menyapa dirimu pun rasanya sudah tak bisa lagi! 

Mungkin, seperti inilah dunia yang menurut orang-orang itu hanya panggung sandiwara. Oleh karena itu, orang yang menunggu pun bisa senantiasa kalah oleh orang yang bergerak! Namun, entahlah! Mulut saya rasanya kelu untuk mengeluarkan kata-kata! Tangan saya mendadak dingin yang mungkin saja ini efek dari kekecewaan yang mendalam.

"Jangan diem saja! Sana samperin wanita yang kamu selalu tunggu itu!" perintah teman saya yang terlihat masih polos itu.

"Nggak, lah!" jawab saya dengan nada tinggi. 



Teman saya pun terlihat ketakutan ketika suara tinggi ini mungkin menerobos telinganya. Kemudian, wajahnya pun tampak menunduk dan tak berani lagi untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, saya masih berdiri di sampingnya dengan kedua bola mata masih menatap tajam wajahmu, sampai banyak orang-orang pun yang memperhatikan saya di sini! Mungkin, orang-orang itu menilai bahwa ada yang tak beres ketika saya menatap tajam wanita di kursi sana.

Saya benar-benar terpaku di tempat ini sambil kedua bola mata harus menerima apa yang dilihatnya, sedangkan orang-orang terlihat bahagia atas yang telah kamu lakukan itu. Mungkin, ada benarnya bahwa cinta itu harus berkorban! Ya, seperti inilah rasa yang harus saya korbankan demi sang pujaan di sana! 

Momen seperti ini adalah momen terburuk bagi saya! Namun, harus bagaimana lagi? Semua kekecewaan ini begitu nampak ketika dipandang oleh kedua mata! Saya di sini, berdiri dengan kaki yang begitu dingin! Saya di sini, melihat dengan mata yang terus-menerus menahan air yang ingin keluar! Saya di sini, terdiam dengan hati yang hancur berantakan!

Sangat terasa ketika kamu memberikan salah satu harapan bahwa mau menunggu saya sampai bisa berdiri dengan kaki sendiri. Namun, harapan-harapan semacam itu pun menjadi musnah ketika ada seorang lelaki yang datang ke rumahmu! Entahlah! Saya tak mengerti dengan pikiranmu yang entah berpikir semacam apa ketika itu. Namun, hal semacam itu pun menjadikan saya berpikir bahwa di dunia ini sulit untuk mendapatkan yang benar-benar tulus dari hati. 



Saya di sini, mencoba untuk kuat ketika momen ijab kabul itu mulai terucap oleh lelaki yang kamu pilih! Saya di sini, mencoba untuk menahan segara rasa yang ada di dalam hati. Kemudian, teman saya pun berkata, "Yang sabar, A!" 

Kata-kata semacam itu pun menjadikan saya sadar bahwa dunia ini hanyalah tipu-tipu dan tak ada yang abadi. Nah, momen seperti itu pun menjadikan sebuah warna untuk kehidupan. Kemudian, saya pun masih untung karena dada ini masih terlihat naik turun dan mata ini masih bisa melihat dengan jelas. Momen. Ya, saya pun menunduk seperti orang yang sudah kalah di medan perang sehingga hanya bisa memasrahkan diri saja agar tak mengulang lagi momen seperti ini![]


2022

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka