Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Keindahan yang Aku Inginkan

Wanita


Malam yang dingin, hujan pun turun lagi. Airnya membasahi genting-genting, pohon-pohon, jalanan, dan tentunya atap mobil yang kita pakai untuk ke restoran. Sungguh, hatiku jadi tak karuan ketika berada di samping dirimu. Namun masih untung, mataku masih fokus untuk melihat jalan yang kita lalui.

Setelah sampai di restoran, hujan masih turun di luaran sana. Kita langsung saja duduk di meja nomor 3A. 

"Kamu, mau makan apa?" tanyamu kepadaku.

"Terserah kamu saja," jawabku sambil melihat kedua bola matamu.

Setelah menunggu lima belas menit, makanan yang kita pesan pun jadi. Pelayan itu menyiapkannya di meja yang kita tempati, sedangkan perhatianku terus tertuju kepada indahnya matamu. 

"Ini makanannya sudah jadi!"

Kamu berhasil membuat aku terkejut.

"Oh, ya?"

"Nih!"

Mataku melihat di meja itu ada piring, sendok, garpu, gelas, dan tak lupa juga makanan yang tadi dipesan. Sungguh lengkap, kataku. Kamu pun tersenyum lalu langsung mengajakku untuk makan. 

Sewaktu kamu makan, pertanyaan-pertanyaan pun sering aku lontarkan kepadamu. Sampai, kamu terlihat lupa tentang rasa sakit. Ya, tentang sakit yang mungkin sering kamu dapatkan dari seorang lelaki pengkhianat. Aku pun terus bertanya-tanya sambil memegang sendok dan malam ini banyak yang aku ketahui tentang dirimu.

Setelah puas bertanya-tanya, aku izin ke toilet sebentar. Mungkin saja hanya beberapa menit. Tangan kananku pun masih memegang sendok. Dan dengan rasa masih was-was sekalian saja aku bersihkan sendok yang berlumuran darah segar itu. Kemudian, langsung keluar toilet lagi dan menuntun kamu untuk pulang ke rumah. Namun pas aku tuntun, banyak orang yang tak sanggup menatap wajahmu dengan lama. Sampai, ada seorang pelayan yang berteriak, "Ini mata siapa yang jatuh ke lantai?!"[]


2021

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka