Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Suami Istri

Suami Istri

Pagi sudah mulai kembali lagi, rintik hujan terus membasahi halaman rumahmu. Bulan Desember ini menjadi awal perubahan musim kemarau ke hujan. Kau bangun dari tidur, tanganmu mengucek-ngucek mata. Kemudian, mata kau menyorot ke arah jam dinding. Ketika itu, kau tampak kaget dan langsung menepuk-nepuk punggung suamimu. 

"Aa, bangun, dong!" ucap kau dengan nada pelan ke telinga suamimu.

Suamimu diam saja dan terus mengorok.

Ketika itu, kau turun dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi dengan membawa pakaian-pakaian kotor. Kau yang sudah berada di kamar mandi. Pakaian-pakaian yang kotor itu kau masukan ke dalam ember. Tanganmu meraih deterjen yang menggantung di paku tembok kamar mandi. Kemudian, kau taburkan deterjen itu ke dalam ember dan tanganmu membolak-balikan pakaian yang sudah dikasih air sampai mengeluarkan busa.

Pagi sudah mulai merangkak naik, awan hitam berubah sedikit-sedikit menjadi biru. Rumahmu tampak sepi, tidak ada suara anak-anak kecil maupun orang tua. Kau di kamar mandi ditemani dengan suara air yang mengalir dari keran. Ketika kau menoleh ke belakang, tiba-tiba terlihat kaget.

"Astaghfirullah." Kau terpeleset mau jatuh, tetapi suamimu langsung menangkap tubuhmu. "Eh, ternyata. Aa, sudah bangun!"

"Nyucinya, aa bantu, ya!" ucap suamimu dengan nada pelan sambil memandang wajahmu.

Kau hanya mengangguk dan langsung meneruskan mencuci bersama suamimu.


***


Waktu sudah siang, cerobong-cerobong pabrik masih mengeluarkan asap yang mengepul ke atas langit tempat tinggalmu. Mungkin, udara bersih tercemar menjadi polusi. Kau duduk di teras rumah dengan tangan memainkan gawai. Halamanmu ramai sekali, banyak anak-anak kecil bermain loncat tinggi menggunakan karet yang disambung-sambungkan.

"Sayur ... yur ... sayur ...!" teriak tukang sayur yang berhenti di depan rumahmu.

Kau masuk ke dalam rumah. Ketika keluar rumah lagi, kau memegang dompet warna merah, kemudian berjalan ke arah tukang sayur itu.


***


Hujan mengguyur deras di sore hari, langit berwarna hitam, suara petir terdengar di dalam rumahmu. Kau duduk di kursi meja makan, di situ ada tumis kangkung, tempe, tahu, dan ikan asin. Matamu pun terus memandang gawai yang kau mainkan.

"Assalamualaikum," ucap suamimu dan kau terlihat kaget.

"Apa?" kata kau, sambil tangan kananmu menyimpan gawai ke meja. "Oh kamu, Aa," tambahmu.

"Kok kaget, Neng?" tanya suamimu, sambil berjalan ke arah kursi yang ada di sampingmu.

"Nggak ada apa-apa. Aa, mau istirahat dulu atau langsung makan?" tanyamu, "aku udah masakin dan aku duduk di sini itu untuk nungguin, Aa, pulang kerja," tambahmu.

"Ya udah, sekarang aa makan dulu, ya!" ucap suamimu. 

Kau mengambil tas suamimu dan berjalan ke arah kamar tidur. Kemudian, kau kembali lagi ke dapur dan berkata, "Gimana enak, nggak?" 

"Enak, Neng," jawab suamimu dengan raut bibir terlihat senyum-senyum. 

"Ah, masa, sih? Mana, aku cobain!" Kau mengambil tumis kangkung yang ada di mangkuk meja makan. "Ah, asin banget." Kau pun mencubit tangan suamimu.

"Nggak apa-apa, kok, ini enak!" ucap suamimu. "Aa makan, nih!" Suami kau tersenyum sambil memakan masakanmu.[]


Cangkir Kopi, 20 Desember 2019

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka