Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Mengagumimu dalam Diam

Mengagumimu dalam Diam

Ada hal yang begitu berbeda dalam hati yang terdalam ini! Mungkin, ini pun bisa dikatakan suka ataupun lainnya. Namun, mengingatmu malah menjadi candu. Bahkan setiap detik per detik, bayanganmu pun malah selalu menghantui. Saya jadi merasakan bahwa mengingatmu adalah salah satu yang mungkin saja bisa menghasilkan keindahan dalam hidup ini.

Dalam keheningan malam, saya memikirkan bahwa mengagumimu adalah sebuah proses yang mungkin saja harus dijalani ketika mau berhubungan. Namun, tentu saja ada hal yang sering mengganjal di antara hati dan pikiran ini yang kadang tak pernah sinkron. 

Hati ini sering berkata, cobalah hubungi wanita yang dikagumi itu. Namun, pikiran pun malah berkata, jangan hubungi wanita itu karena mungkin saja sudah mempunyai kekasih. Hal-hal semacam itu menjadi salah satu fenomena yang mungkin saja sering menghantui dalam hidup ini. Saya tenggelam. Kemudian, benar-benar tenggelam dalam balutan mengagumimu dalam diam.

Pernahkah kau berpikir tentang hati yang terus-menerus menahan cintanya? Apakah kau pernah merasakan hal semacam itu? Kemudian, saya malah mematung di sudut angka delapan sampai pikiran ini benar-benar terasa ruwet yang tak terkira. 

Apakah hal yang dinamakan cinta itu takada? Pertanyaan yang mungkin menurut orang-orang itu bodoh malah muncul di pikiran ini. Saya pun berdiri dalam lamunan yang tiada terkira lalu melangkahkan kaki tanpa arah tujuan. 

Pikiran saya menjadi bingung di antara mengagumimu itu malah menjadi candu. Namun, sangat sulit terucap langsung untukmu. Saya merasa pengecut karena tak berani mengungkapkan bahwa ada seorang lelaki yang mengagumimu dalam diam.

Hal-hal semacam itu pun bukan tanpa alasan karena saya takut jikalau kata ini terucap maka kau sedikit demi sedikit akan menjauh. Kemudian, saya harus bagaimana? Apakah harus menahan terus sampai kau mengerti dengan sendirinya? Ataukah hanya pasrah saja kata-kata ini tak akan pernah terucap?

Masih dalam keheningan, saya menghitung waktu yang mungkin saja sudah tiada terkira. Bahkan, menit per menit itu malah menjadi detakan yang keras menusuk hati. Saya pun memutuskan untuk duduk di antara sepi yang selalu hinggap ini. Kemudian, hal-hal yang membuat ruwet pun malah semakin menggulung di dalam kepala ini seperti benang kusut tak beraturan.

Sekali lagi, saya ingin menuliskan bahwa mengagumimu itu adalah sebuah keindahan yang sekarang saya rasakan. Bahkan, cantikmu; akhlakmu; semua keindahan yang menempel dalam dirimu itu menjadi teringat terus dalam pikiran. Hal semacam itu pun menjadikan saya terkesima dalam lamunan hingga sangat sulit untuk dideskripsikan lagi oleh kata-kata.(*)


2023

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka