Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Gejolak Hati yang Paling Dalam

Gejolak Hati yang Paling Dalam
Ilustrasi | Pixabay/NoName_13

Pernahkah kau mengulang tanya ketika malam merangkak naik dan sepi bergelayut manja di dalam hati? Pertanyaan semacam itulah yang ada di dalam hati hingga aku pun sangat sulit untuk bisa beristirahat dengan tenang.

Dalam kehidupan yang terus merangkak naik, aku mencoba untuk terus mengukir kisah yang mungkin saja nantinya bisa diceritakan kepadamu. Namun, hal-hal di luar nalar pun selalu nampak bagaikan hantu yang tiba-tiba saja berada di dalam kehidupan ini.

Aku merenung di sudut rumah seperti angka enam, lalu pikiran ini malah meloncat keluar yang entahlah mau ke mana perginya. Aku benar-benar sulit untuk menafsirkan setiap langkah pikiran yang mulai beranjak pergi dari kepala hingga semakin menjauh dari hati ini.

Aku mengenang dirimu bagaikan setiap lirik-lirik lagu dari Naff yang terdengar ini. Aku terdiam, entahlah! Karamnya cinta ini, tenggelamku diduga terdalam¹, kalimat semacam itulah yang terus bergejolak seperti air mendidih di dalam tubuh ini; aku sulit untuk melupakan dirimu.

Ke manakah aku harus berlari hingga pikiran ini pun malah pusing untuk melanjutkan melangkah? Bahkan, dunia yang dulunya terasa indah itu malah berbalik ketika kau pergi tanpa kabar. Aku terlena dalam kelembutan yang kau berikan ketika dulu hingga sampai kini belum mampu untuk melupakan semua itu.

Kau itu ibarat darah yang sudah seharusnya ada di dalam tubuh ini, tapi malah hilang sehingga aku lemah tak berdaya; tak semangat; tak punya tujuan. Aku harus bagaimana? Kadang, pertanyaan semacam itu muncul ke permukaan di kala langit sudah mulai menghitam.

Sekali lagi, pernahkah kau mengulang tanya yang pernah kita tanyakan ketika dulu: tentang cinta, tentang rindu, dan tentang air mata yang selalu kau curahkan ketika aku tak ada. Namun, hari ini, sekarang ini, semua itu ibarat debu yang tertiup angin dan sulit untuk menyatu lagi hingga tak bisa menimbulkan gundukan yang mungkin saja bisa dinamakan cinta. Aku harus bagaimana?

Perjalanan terus merangkak, bahkan sering sekali menjadi cambuk yang terus memukulku dari belakang untuk senantiasa berlari. Namun, semua itu malah tak bisa berarti—aku berlari, tapi tak punya tujuan—hilang begitu saja tanpa ada kabar.

Kau harus bisa mendengarkan suara hati ini yang selalu melangitkan namamu di setiap saat. Aku merindukan sosok yang dulu pernah menjadi salah satu penyemangat di kala galau; sedih; menangis. Kemudian, dalam kegelapan yang aku lihat ini, semoga semua itu bisa kembali lagi, kau kembali ke sini untuk menyempurnakan kehidupan ini!(*)


2023


Catatan:
¹ Kalimat yang diambil dari lirik lagu Kenanglah Aku, Naff

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka