Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Tanpa Hati, Tanpa Air Mata, dan Tanpa Cinta

Ilustrasi | Pexels.com/Alexander Mass

Jika kau bertanya pada hati, mungkin saja akan merasakan detak yang namanya cinta! Namun, semua itu pun seolah-olah kau tak percaya bahwa cinta yang besar itu benar-benar ada.

Aku masih di sini, masih dengan hati yang pertama kau temui; banyak cinta yang sudah bermekar lalu menjadikan keindahan dengan makna setia.

Pagi ini, masih saja seperti kemarin bak seperti kapal yang mulai karam; tak ada harapan lagi untuk bisa berlayar di dalam lautan cinta hatimu. Aku terdiam menghitung waktu yang mulai semakin melebar jauh untuk kita bisa bersatu lagi.

Apa mungkin, kita ini ditakdirkan tak akan bisa bersama? Aku mengerutkan dahi mencoba untuk mengolah pikiran agar bisa matang dalam mengambil keputusan. Namun, satu menit, dua menit, hingga beberapa menit pun masih sama yang ada di pikiran ini malah tentangmu. Duhh!

Peristiwa yang memilukan mungkin saja sedang terjadi dalam hidup ini, yakni tak pernah benar-benar merasakan cinta yang utuh. Aku terlena dalam keadaan; aku terjerembap dalam lamunan; aku terdiam dalam khayalan!

Jika kau bertanya pada hati, apa mungkin tak ada cinta untuk seorang lelaki yang tulus? Kau mungkin saja sering terlena akan duniawi yang begitu menyilaukan hingga lautan cinta itu tak pernah terisi oleh kapal yang bersandar untuk selamanya.

Entah kenapa aku sering kali tak berdaya ketika bayangan dirimu itu tampak di depan mata! Hal yang menyangkut dirimu bagaikan fenomena yang kadang sulit untuk dilupakan. Apakah aku lemah? Ataukah hal semacam itu lumrah?

Harus sampai kapan seperti ini? Kadang juga aku bertanya di kala lamunan ini terjadi. Kemudian, aku berdiri di depan jendela yang menghadap ke taman. Aku mengingat. 

Ya, mengingat kembali ketika kita duduk di taman itu lalu saling berbicara tentang kasih; cinta; sayang, tapi semua itu malah berakhir duka. Hmm.

Pernahkah kau rindu? Rindu terhadap apa yang pernah dilukiskan di antara kita? Hmm. Pertanyaan semacam itu seolah-olah kau tak merasakannya sehingga lupa tentang aku dan cinta yang pernah tumbuh di halaman hati kita berdua.

Aku pun malah enak sendiri berdiri di belakang jendela ini, memandang bunga yang pernah kau tanam. Bunga yang indah, kataku pelan. 

Namun, keindahan bunga itu belum bisa menggantikan kepergianmu walaupun dirimu sendiri pernah bilang, jikalau kau rindu maka lihatlah bunga yang aku tanam ini, lalu aku pun mengiyakannya.

Kini, kita bagaikan air dan minyak yang tak akan bisa bersatu walaupun aku sering melangitkan doa agar rindu ini bisa berlabuh untuk dirimu lagi. Aku pun sadar; aku menyadari bahwa cerita kita telah usai di kala kau menerima perjodohan itu.

Perjalanan ini ialah langkah yang berat untuk ditapaki di antara bayanganmu dan kesunyian hati yang sedang dialami. Aku bertahan, tapi kau malah tak mengingat. Aku melangkah, tapi tak ada yang bisa diharapkan lagi di dunia ini. 

Hmm. Langkah yang pasti mungkin saja sudah tergerus oleh perpisahan. Hal itu menjadikan sebuah realita penuh luka yang harus bisa diterima oleh hati, tanpa air mata yang harus dikeluarkan. 

Perjalanan cerita yang pernah kita rangkai dalam balutan asmara itu sudah benar-benar terhapus, lalu menjadikan sebuah rangkaian penuh luka yang membara di dalam dada. Aku mengerutkan kening ketika di belakang jendela lalu berkata, semua ini sudah berakhir di sini, tanpa hati, tanpa air mata, dan tanpa cinta yang membara![]


2024

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka