Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini
Aku berjalan di keremangan malam dengan tatapan yang sayu mengingat dirimu di sana. Aku berpikir, cinta tak melulu pengorbanan, tapi harus ada penghargaan. Aku terlena dalam balutan asmara yang tak bertepi ini.
Di suatu tempat, aku menangkap salah satu pikiran yang amat membukakan mata hati, yakni cinta tak melulu harus didapatkan. Namun, ada juga poin pengikhlasan yang harus senantiasa dirasakan di dalam hati ini.
Aku mengingatmu dan sampai sekarang aku masih mengingatmu! Hal sederhana yang tak akan pernah dilupa itu ialah tutur katamu bak penyejuk di dalam hati ini. Kemudian, aku terus berjalan untuk menggapai bintang yang terus aku ikuti ini.
Hmm. Malam ini terasa berbeda di kala senyuman dirimu itu hilang. Kalau kau harus tahu, aku sedang muram di malam ini seperti hujan yang terus membasahi halaman jiwa. Aku harus bagaimana? Sering sekali aku bertanya seperti itu pada langit dan pada bulan yang menggantung itu.
Kadang, aku selalu berandai-andai jikalau kita bisa duduk saling bertatap mata maka akan aku lihat apakah kau juga menyayangi diriku atau sebaliknya. Namun, semua itu malah menjadi harapan yang tak pernah bertepi; aku merasa kalah oleh keadaan yang tak menentu ini.
Malam pun tampak terasa dingin dengan iringan lagu-lagu penuh kegalauan mengalun merdu di kendaraan ini. Aku terpana. Aku pun terdiam mencoba merasakan semua lagu yang diputar itu meresap ke dalam hati.
Aku merasa kacau beberapa hari ini di kala semua yang amat aku cintai itu hilang! Aku merasa lemah dan tak berdaya! Apa aku kalah dengan semua ini? Ataukah Tuhan sedang marah kepadaku ini? Namun, Aku pun terus berjalan untuk menembus malam yang penuh keheningan ini!
Dalam hidup ini, ada satu hal yang penuh aku sesalkan, yakni kebohongan dan selalu menutupi bahwa aku pun sangat mencintai dirimu. Namun, perjalanan dan perjalanan hingga kini kau pun malah pergi untuk meninggalkan diriku di sini!
Aku merasa frustasi bahwa kita tak akan pernah bertemu kembali; mengobrol kembali tentang hati ataupun lainnya. Aku pun harus bagaimana? Pertanyaan semacam itulah yang terus nampak ke permukaan ini. Aku harus bagaimana?
Perjalanan di malam ini terasa sangat berbeda di kala ingatanku masih tertuju padamu. Aku pun tak mengerti kenapa ingatan ini selalu tertuju padamu! Aku benar-benar tak mengerti dan ini seperti rumus matematika yang sulit untuk bisa dipecahkan!
Dalam situasi seperti ini, bulan tampak indah menggantung di langit dan aku berbicara, apakah kau juga ingat kepadaku? Aku pun menundukkan kepala sebentar lalu melihat kembali ke arah jalan yang cukup tak rata ini!
Kurang lebih satu jam aku tempuh perjalanan di malam ini dengan pikiran yang amat bimbang; dengan pikiran yang cukup untuk memikirkanmu. Perjalanan yang cukup melelahkan, kataku pelan di kala istirahat sebentar di sudut jalan yang ditumbuhi lampu warna-warni.
Aku menyadari sangat sulit untuk mendapatkan keindahan jikalau kau terus-menerus menjauh. Aku menghela napas panjang lalu dikeluarkan secara perlahan-lahan, dadaku semakin naik turun saja ketika ingatanku semakin memuncak mengingat dirimu.
Hmm. Ingin sekali kukirimkan pesan lewat surat yang ditulis dengan tinta merah berwarna mawar untuk menandakan bahwa aku sangat merindukanmu; menginginkanmu; mencintaimu. Namun, hati ini pun merasa malu karena mana mungkin aku membuat risih terus dirimu!(*)
2025
Komentar
Posting Komentar