Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini
![]() |
| Ilustrasi | Pexels.com |
Suatu permasalahan yang nyata jikalau etika ruang publik itu tidak dimiliki oleh semua orang. Hal semacam itu bisa mengakibatkan kegagalan dalam konteks bersosial yang bersih; sehat.
Lingkungan menjadi salah satu tempat di mana setiap insan bisa berkomunikasi, berkumpul, dan menjadikan suatu wadah kekeluargaan. Namun, ada yang lebih kompleks lagi jikalau etika ruang publik itu tidak ada di dalam diri.
Merokok di ruang publik menjadi suatu hal yang mampu memunculkan perbedaan pendapat. Ya, hal itu bisa saja memunculkan gangguan untuk orang lain dan bisa juga sebagai kebebasan untuk orang dewasa.
Namun, suatu masalah pun akan timbul bilamana kedua pemikiran itu menjadi canggung untuk dapat dipilih antara satu dengan yang lainnya. Sebab, tidak semua orang suka merokok dan tidak semua orang juga mampu menahan tidak merokok di ruang publik.
Perbedaan pendapat antara satu dengan yang lainnya mampu memunculkan pandangan pikiran yang beragam; action yang berbeda!
Dalam hal semacam ini, mungkin sudah pada tahu bahwa ruang publik itu dipergunakan untuk semua orang yang ada di dalamnya! Namun, kembali lagi ke dalam suatu fenomena yang mana bagi sebagian orang yang tidak suka merokok itu akan merasa terganggu, jika sudah berhadapan dengan yang merokok dan mungkin juga sebaliknya.
Mungkin juga sebagian orang berpikir ruang publik itu tempat kebebasan berekspresi, sehingga orang dewasa bisa memilih untuk merokok ataupun tidak! Suatu permasalahan semacam ini harus bisa dipikiran karena menyangkut hidup orang banyak.
Argumen yang simpel, yakni merokok itu ialah kebiasaan yang dapat membahayakan kesehatan, tidak hanya bagi perokok itu sendiri, tapi bisa berdampak bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun, ada juga yang berpendapat bagi kaum perokok bahwa larangan merokok di tempat umum itu ialah bentuk paternalisme yang berlebihan dan melanggar hak individu.
Kemudian, dalam hal ini merokok dengan kehampaan hati pun bisa saling terikat karena banyak orang juga yang merokok itu untuk refleksi atau mengatasi stres dan kecemasan.
Namun, hal semacam itu pun bisa sangat ironis bilamana merokok itu justru dapat memperburuk kondisi mental dan meningkatkan risiko depresi.
Dalam konteks etika ruang publik, hal semacam ini harus penting untuk dapat dipertimbangkan antara hak-hak semua orang, baik perokok maupun non-perokok.
Oleh karena itu, jalan keluar yang pasti untuk menyelesaikan masalah semacam ini ialah dengan mengedepankan solusi-solusi yang terbaik dan seimbang!
Kemudian, solusi yang seimbang pun bisa dipilih dengan menyediakan area merokok yang terpisah dan aman sehingga perokok dapat merokok tanpa menggangu orang lain.
Dengan demikian, solusi semacam itu bisa dipilih karena asap rokok itu bisa menggangu orang lain dan mungkin juga sebaliknya. Maka, lingkungan yang bersih itu bisa diciptakan oleh diri sendiri dan ketertiban dalam beretika di ruang publik itu tampak terasa adanya!(*)
Komentar
Posting Komentar