Postingan Terbaru

Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini

Gambar
Ilustrasi | Pexels.com/ Phil Nguyen Eksistensi radio di zaman ini, mungkin menjadi salah satu yang tertua atau bisa dibilang juga jadi ajang untuk nostalgia bagi para pendengarnya. Hal semacam itu pun mampu memunculkan kembali ingatan atau kehampaan yang mungkin saja sudah terkubur dalam-dalam di ruang hati.  Dalam perjalanannya zaman, tentu radio masih eksis sampai kini dan menjadi salah satu wadah bagi para penggemarnya untuk mengirimkan salam atau menyebarkan berita-berita terkini. Kemudian, radio antara nostalgia dan kehampaan di zaman ini mampu menjadikan sebuah peristiwa yang menyenangkan di kala menjadi teman ngopi di dalam rumah.  Namun, harus bisa dimengerti juga bahwa radio pun menjadi salah satu yang amat penting untuk menunjang informasi atau hiburan di zaman ini. Memang kebanyakan di zaman ini, radio dijadikan tempat iklan untuk produk-produk herbal, tapi hal semacam itulah yang mampu membuat radio ini tetap mampu untuk mengudara.  Persoalan semacam itu mungk...

Show don't Tell


Dalam menulis cerita itu harus memiliki atau mengetahui teknik-teknik dalam dunia kepenulisan. Tidak cukup saja kalau hanya mengandalkan PUEBI dan KBBI. Namun, teknik-teknik dasar, maupun yang susah harus bisa dipahami agar tulisannya tampak indah ketika dibaca oleh para pembaca. 

Salah satu teknik yang sering digunakan oleh penulis ialah 'Show don't Tell'. Apa itu? Show itu menunjukan yang bisa diartikan sebuah narasi harus bisa menunjukan keadaan tempat, pikiran, cuaca, dan lain-lain. Dalam teknik show ini, biasanya tulisan yang dibuat itu akan lebih dapat merasakan fell dalam tulisan tersebut. Dan ini biasanya lebih disukai oleh para penulis. 

Namun, kalau tell itu menceritakan. Jadi, penulis hanya menceritakan saja. Tidak secara detail. Ini membuat para pembaca mudah bosan. 

Contoh:

Tell:


Siang di seberang jalan, aku duduk sendiri tidak ada yang menemani. Suara knalpot kendaraan selalu terdengar dan banyak mobil motor yang aku lihat.

Salah satu Mang Bakso menghampiriku.

"Kang, sedang apa?" tanya Mang Bakso.

"Duduk, Mang," jawabku dengan mataku melihatnya.

"Bakso dulu, Kang! biar nggak pusing." Mang Bakso menawariku.

"Sok, Mang, baksona dikalada, nya!" perintahku.

"Siap, nanti aku kasih sepuluh sendok sambelnya."

Bakso pun sudah jadi dan aku langsung memakannya.

"Waw meuni lada, makyos pisan, Mang," ucapku.

Bakso sudah habis aku makan dan perut pun jadi mules sehingga ingin ke toilet terus.



***


Show:


Siang di seberang jalan, aku duduk di warung kopi, hanya sendiri saja tidak ada orang yang menemani. Panas mentari pun menyorot tajam ke arah kursi yang aku duduki. Aku melihat ke jalan, banyak banget mobil yang berlalu-lalang dan suara knalpotnya sangat bising, bau membuat tubuh ini mau pingsan.

Tukang bakso melihat aku duduk sendirian di warung kopi. Ia pun langsung menghampiriku dengan membawa roda baksonya. Sambil berjalan, ia pun menakol mangkuk baksonya dengan sendok. 

"Kang, sedang apa?" tanya Mang Bakso tepat di hadapanku, dengan terlihat sedikit kebingungan melihat keadaanku yang sudah lemas.

"Duduk, Mang," jawabku, dengan kepala bersandar ke tembok.

"Bakso dulu, Kang! Biar ngga pusing." Mang Bakso menawari dan mendekatiku, terus ia istirahat duduk di sampingku.

"Sok, Mang, baksona dikalada!" Kepalaku masih bersandar ke tembok karena lemas dan pusing tujuh keliling serasa ingin pingsan.

"Siap, nanti aku kasih sepuluh sendok sambelnya!" Mang Bakso dengan muka sedikit kebingungan langsung kembali lagi menuju rodanya, membuatkan bakso untukku dengan memasukan bihun, bakso besar, dan sambal yang banyak.

Bakso dan kerupuknya pun sudah jadi dan diletakkan di meja warung kopi dengan sambal yang banyak. Aku pun langsung bergerak agar kepalaku enggak bersandar lagi dengan tembok. Namun, waktu aku melihat baksonya. Waw pasti enak, nih? Aku makan sampai habis, nih!

"Waw meuni lada! Makyos pisan, Mang," ucapku. Bibir langsung terlihat merah merekah, air mata pun langsung keluar dan badanku berkeringat.

Bakso sudah habis aku makan. Sebab bakso yang ekstra pedas, aku yang tadinya mau pingsan. Akhirnya, enggak jadi, tetapi perut aku sakit mules. Oleh karena itu, aku sering bolak-balik ke toilet untuk buang air besar terus.



***


Bisa kan membedakannya?[]

Komentar

Tulisan Favorit Pembaca

Mengenal Tari Topeng Cirebon, Sejarah, Jenis, dan Filosofi yang Terkandung dari Keindahannya, Silakan Disimak!

5 Cakupan Tindak KDRT dan Akibat yang Bisa Terjadi, Pasutri Wajib Tahu!

Mari Berkenalan dengan Gurita Teleskop, Penghuni Laut Dalam!

Kue Kontol Sapi, Makanan Unik Khas Cilegon

Batu Hitam yang Terluka