Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini
![]() |
| Ilustrasi | Pexels.com/Ron Lach |
Penulis naskah atau skenario bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk dari kreatif menulis. Kemudian, hal semacam itu pun ada perbedaanya dengan menulis fiksi maupun nonfiksi, sebab menulis naskah itu harus bisa membangun cerita yang lebih kompleks.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa naskah atau skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci.
Namun, dalam hal penulisan naskah, apakah pembaca serta audiens bisa sangat memengaruhi untuk keberlangsungan cerita itu bisa berhasil?
Menurut Ruth Atkinson, Editor Cerita & Konsultan Naskah, menuliskan bahwa skrip adalah untuk pembaca, lalu sebuah film adalah untuk penonton.
Kemudian, dalam hal semacam itu pun sudah tampak jelas, bukan? Bahkan, bisa dimengerti bahwa kalau tak ada skrip maka tidak dapat memiliki film.
Namun, bisa sebaliknya dari hal semacam itu bahwa keterlibatan penulis dengan skrip itu sangat berbeda dari keterlibatan penulis dengan film.
Kenapa hal semacam itu terjadi? Bisa ditelaah lebih dalam lagi bahwa skenario adalah dokumen tertulis yang menceritakan kisah melalui rangkaian kata-kata.
Hal semacam itu pun dilakukan sedemikian rupa sehingga pembaca memvisualisasikan film tersebut dalam mata batinnya.
Harus bisa dipahami juga bahwa sebuah naskah adalah cetak biru untuk sebuah cerita yang akan diceritakan secara visual. Oleh karena itu, pada akhirnya pun semua itu adalah sebuah tulisan.
Maka, keterlibatan pembaca dengan naskah pun bisa dikatakan sangat mirip dengan membaca sebuah novel. Namun, mungkin saja perbedaanya ialah sebuah film di sisi lain bersifat mendalam dan imersif.
Menilik lebih dalam lagi bahwa sebuah film memiliki manfaat aktor, dunia visual, musik, dan efek khusus. Maka, elemen-elemen itu pun bisa membantu menceritakan kisah dengan cara yang tidak biasa oleh kata-kata.
Jika, melihat kepada hal semacam itu maka bisa dipahami bahwa keterlibatan audiens pun jauh lebih fokus dan penuh. Kemudian, kalau seperti itu maka arti bagi penulis itu apa, sih?
Menurut Ruth bahwa penulis itu harus berarti memilih kata-kata mereka dengan sangat hati-hati ketika memikirkan bagaimana tanggapan pembaca.
Oleh karena itu, bisa diartikan lebih jelas lagi bahwa pertama-tama, penulis pun harus bisa melibatkan pembaca sepenuhnya dan menceritakan sebuah kisah yang akan membuat mereka terpikat ke halaman terakhir.
Menurut laman Scriptmag, inilah caranya yang bisa dilakukan oleh penulis untuk hal semacam itu, yakni sebagai berikut:
Maka dari itu, bisa ditarik kesimpulannya bahwa ada hal lain yang perlu dipikirkan di sini, yakni pembaca/eksekutif sedang membaca skenario untuk pekerjaan.
Kemudian, tidak hanya itu saja! Akan tetapi, mereka pun tidak hanya memiliki setumpuk skrip untuk dibaca, email untuk dijawab, dan panggilan untuk dijawab.
Namun, mereka pun mengevaluasi karya tersebut dengan sangat spesifik. Kemudian, semacam ini pun bisa berarti pembaca dan audiens datang pada materi dari perspektif yang sama sekali berbeda dan terlihat dengan cara yang sangat berbeda.
Oleh karena itu, jika naskah ingin berhasil dan berakhir menjadi film. Maka, hal semacam itu pun harus bisa melibatkan para pembaca sepenuhnya.(*)
Komentar
Posting Komentar