Radio antara Nostalgia dan Kehampaan di Zaman Ini
Alangkah lebih baik penulis itu bisa memilih kata dengan cermat. Kenapa harus begitu? Supaya tidak mendua dan semakin hemat. Kecermatan bagaimana, sih? Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu. Para penulis juga harus bisa mengetahui dengan yang namanya ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang mengakibatkan kemubaziran.
Ekonomi bahasa itu apa, sih? Ekonomi bahasa adalah kehematan dalam penggunaan unsur-unsur kebahasaan. Dengan demikian kalau ada kata yang lebih singkat, kita tidak perlu menggunakan yang lebih panjang. Misalnya:
Dengan memahami kata-kata yang mubazir, pemakai bahasa dapat menghindari penggunaan kata dalam konteks tertentu. Sehubungan dengan hal itu, harus kita pahami adanya beberapa penyebab kemubaziran kata, antara lain:
📖 Penggunaan Kata yang Bermakna Jamak Secara Ganda
Penggunaan kata yang bermakna jamak, terutama jika dilakukan secara ganda, dapat menyebabkan kemubaziran. Contohnya:
Kata 'sejumlah' dalam bahasa Indonesia sebenarnya sudah jamak. Begitu juga dengan pengualangan desa-desa. Oleh karena itu, jika digunakan secara bersama-sama, salah satunya akan mubazir. Maka, lebih baik seperti ini:
📖 Penggunaan Kata yang Bersinonim
Penggunaan kata yang bersinonim atau kata yang mempunyai kemiripan makna secara ganda juga dapat menyebabkan kemubaziran. Contohnya:
Kata agar dan supaya mempunyai makna dan fungsi yang bermiripan, yakni menyatakan 'tujuan' atau 'harapan'. Di samping itu, fungsinya pun sama yaitu sebagai ungkapan atau kata hubung. Oleh karena itu, jika digunakan secara bersamaan akan terasa mubazir, kata-kata tersebut bisa digunakan salah satu saja. Misalnya:
Beberapa kata bersinonim yang dapat menyebabkan kemubaziran dapat diperhatikan pada contoh di bawah ini!
🌕 Mubazir
🌕 Tidak Mubazir
📖 Penggunaan Kata yang Bermakna 'Saling'
Makna kesalingan yang dimaksud di sini adalah makna yang menyatakan tindakan 'berbalasan'. Jadi, pelaku tindakan itu seolah-olah ada dua orang atau lebih. Namun, kalau tindakan itu hanya dilakukan oleh satu orang, maka itu tidak tepat dikatakan tindakan berbalasan. Misalnya:
Tindakan bergandengan, dari segi pengalaman tidak mungkin hanya dilakukan oleh satu orang karena tindakan itu, paling tidak melibatkan orang yang menggandeng dan orang yang digandeng. Maka, kalau bergandengan itu tidak cermat. Sejalan dengan itu, subjek 'Ia' juga yang bermakna tunggal harus diganti dengan 'mereka', misalnya, yang bermakna jamak, agar makna tindakan berbalasan itu menjadi tepat. Kecuali dengan menyertai dengan keterangan penyerta. Misalnya:
📖 Penggunaan Kata yang Tidak Sesuai Konteks
Kemubaziran berikutnya lebih banyak ditentukan oleh konteks pemakainya di dalam kalimat. Contohnya:
* Kursi ini terbuat 'daripada' kayu
Kata tentang dan daripada sebenarnya mubazir karena—berdasarkan konteksnya—kehadiran kata itu pada kalimat di atas tidak diperlukan dan boleh dilepaskan. Sementara itu, kata daripada dalam kalimat (*) tidak tepat karena itu bermakna perbandingan, sedangkan konteks kalimat itu memerlukan perbandingan. Kata yang diperlukan dalam kalimat itu adalah kata yang bermakna 'asal'. Makna itu terkandung dalam kata 'dari' bukan daripada. Oleh karena itu, makna daripada harus digantikan dengan kata dari. Misalnya:
* Kursi ini terbuat 'dari' kayu
Sebagaimana telah disinggung di atas kata 'daripada' hanya tepat jika digunakan untuk perbandingan. Contohnya:
Sekian
Sumber:
- Bentuk dan Pemilihan Kata; Drs. Mustakim, M.Hum.
Komentar
Posting Komentar